Dalam beberapa hari terakhir, kedua negara telah terlibat dalam saling serang fasilitas pertahanan yang juga melanda permukiman penduduk.
“Bahayanya adalah eskalasi tak terkendali,” kata Perry, dikutip Al Jazeera, Sabtu (14/6).
“Jika Iran benar-benar tak berniat meningkatkan respons mereka, saya yakin mereka mengatakan itu akan menjadi 20 kali lebih buruk dalam beberapa jam mendatang, dan itu menyebabkan kerusakan besar di Israel daripada yang sebenarnya bisa terjadi,” lanjutnya.
Sementara itu, Profesor Shahram Akbarzadeh, pakar politik Timur Tengah dari Universitas Deakin Australia, menilai Iran dan Israel tampaknya siap untuk perang jangka panjang dan serangan yang lebih intens. Ia juga mewanti-wanti kemungkinan Amerika Serikat terseret ke dalam konflik ini.
“Saat Israel melancarkan serangan terhadap Iran, Iran harus merespons, dan saya pikir Israel sebenarnya mengandalkan dinamika ini, bahwa begitu konflik dimulai, Amerika Serikat punya kewajiban dan komitmen terhadap keamanan Israel,” jelas Akbarzadeh.
Pada Jumat lalu, Israel lebih dulu melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran, menargetkan fasilitas nuklir, persenjataan, hingga permukiman di Teheran dan beberapa kota lain. Serangan ini menyebabkan kematian sejumlah pejabat militer Iran, termasuk Kepala Staf Angkatan Bersenjata Militer Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri dan Komandan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami.
Iran tidak tinggal diam. Mereka langsung membalas dengan meluncurkan sekitar 100 rudal. Israel kembali merespons dengan ancaman bahwa Teheran akan “terbakar” jika Iran tak berhenti. Namun, ancaman itu tak membuat Iran gentar. Mereka terus melancarkan serangan balasan, berulang kali menyatakan bahwa pemerintahan Benjamin Netanyahu harus menerima hukuman berat atas agresi mereka.
Hingga Senin dini hari, baku tembak antara Iran dan Israel masih terus terjadi, menimbulkan korban di kedua belah pihak. Di Iran, dilaporkan 224 orang tewas dan lebih dari 1.200 terluka. Sementara di Israel, empat orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Eskalasi ini memicu kekhawatiran global akan potensi destabilisasi yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.
