JAKARTA, EDUNEWS.ID – Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menyebut KPK terbuka terhadap kritik mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya. Ghufron menganggap kritik dan saran terhadap KPK sebagai bentuk perhatian serta komitmen dukungan terhadap pemberantasan korupsi oleh KPK.
“Menanggapi kritik dan masukan dari teman-teman mahasiswa kepada KPK, kami sampaikan bahwa KPK terbuka terhadap kritik dan saran dari setiap elemen masyarakat. Karena kami sadari bahwa kritik adalah bagian dari perhatian dan komitmen dukungan publik pada upaya pemberantasan korupsi yang diamanatkan kepada KPK,” kata Ghufron kepada wartawan, Kamis (1/7/2021).
Ghufron mengatakan KPK bahkan ingin diberi lebih dari sekadar kritik keras. Menurutnya, mahasiswa maupun masyarakat dapat memberikan ide maupun saran secara komprehensif dan ilmiah dalam mendukung kinerja KPK.
“Sehingga bisa mengaktualisasikan ilmu dan pengetahuannya agar memberi sumbangsih yang lebih nyata bagi perbaikan bangsa,” ucapnya.
Selanjutnya, Ghufron mengajak para insan akademisi menyampaikan gagasan-gagasannya dalam jurnal INTEGRITAS. Jurnal INTEGRITAS merupakan penelitian ilmiah seputar pemberantasan korupsi yang dapat diakses melalui https://jurnal.kpk.go.id secara gratis.
“Jurnal INTEGRITAS adalah kumpulan pemikiran dan penelitian ilmiah untuk saling berbagi dan belajar seputar isu pemberantasan korupsi,” tuturnya.
Seperti diketahui, mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menjuluki Presiden Joko Widodo sebagai ‘The King of Lip Service’. Alasannya, Jokowi kerap mengobral janji manis yang tak sesuai dengan realitas saat ini.
Salah satu yang disinggung adalah penguatan KPK. KPK yang diharapkan semakin kuat kedudukannya, dinilai para mahasiswa saat ini justru semakin lemah karena sejumlah kebijakan.
Belakangan BEM UI juga menyindir Ketua KPK Firli Bahuri. Melalui unggahan di akun Instagram @bemui_official mengulas sederet prestasi Firli Bahuri selama menjabat deputi hingga pimpinan KPK yang justru bernada satire. Terlebih soal gagasan Firli dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) yang akhirnya menyingkirkan 51 pegawai KPK yang dinilai kritis dan berani.
dtk