Kejadian bermula saat Gibran menghadiri acara di salah satu lokasi di Blitar. Di tengah keramaian, tiga mahasiswa tiba-tiba mencoba menarik perhatian dengan poster berisi kritik.
Sebelum mereka sempat berbuat lebih jauh, sejumlah petugas keamanan dengan sigap membawa mereka pergi dari lokasi. Momen ini terekam kamera warga dan langsung menyebar luas, memicu beragam spekulasi.
Namun, Kapolres Blitar Kota, AKBP Danang Setiyo P.S., memberikan klarifikasi yang cukup mengejutkan.
“Tidak ada penangkapan, mereka hanya kami amankan sebentar, lalu kami ajak makan bareng,” ujar AKBP Danang, seperti dikutip dari Jawa Pos.
Ia menambahkan bahwa setelah makan bersama, ketiga mahasiswa tersebut diizinkan pulang.
Pernyataan “diajak makan bareng” ini sontak menjadi viral dan memicu reaksi beragam dari netizen. Banyak yang skeptis dan menganggapnya sebagai upaya untuk meredam isu kebebasan berekspresi. “Dari kritik berujung ‘makan bareng’? Ini taktik baru ya?” tulis salah satu akun di X (sebelumnya Twitter), diikuti ribuan retweet.
Sementara itu, ada juga yang mencoba melihat dari sisi positif, menganggapnya sebagai bentuk dialog yang humanis.
Insiden ini kembali menyoroti isu kebebasan berpendapat di ruang publik, terutama di tengah kunjungan pejabat negara. Apakah ‘makan bareng’ ini adalah bentuk persuasi, dialog, atau strategi untuk menghindari insiden yang lebih besar, masih menjadi perdebatan hangat di kalangan masyarakat. Yang jelas, kunjungan Gibran ke Blitar kali ini tak hanya menyisakan jejak politik, tetapi juga cerita viral yang bikin geleng-geleng kepala.
