JAKARTA, EDUNEWS.id-Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) telah menemukan adanya sebuah produk makanan ringan mi instan yang bermerek sangat tak edukatif.
Bahkan, menurut Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, pihaknya protes lantaran merek dan tampilan produk itu jelas-jelas berbau hasutan seksual. Padahal, konsumen mi instan itu juga mencakup anak-anak di bawah umur.
“Makanan itu bermerk ‘BIKINI’ (Bihun Kekinian), dengan tag line ‘remas aku’. Sampul kemasannya pun dengan ilustrasi seorang perempuan yang hanya mengenakan bikini (bra dan celana dalam), dengan pose dari arah pungung,” papar Tulus Abadi dalam rilisnya, Rabu (3/8/2016).
Dia melanjutkan, YLKI mendesak agar produk tersebut segera ditarik dari peredaran. Tulus juga meminta agar BPOM segera memberikan teguran keras kepada produsen “Bihun Kekinian” .
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf mengungkapkan, beredarnya produk yang mengandung unsur pornografi tersebut tentu sangat mengkhawatirkan bagi generasi masa depan bangsa, khususnya anak-anak belia saat ini.
Olehnya itu, tutur Wakil Ketua DPP Partai Demokrat ini, kehadiran orang tua yang berperan dalam mengawasi anak-anaknya tentu sangat diharapkan.
Terlebih di era digital seperti sekarang ini, orang tua harus lebih mengawasi perilaku anaknya. Karena banyaknya tayangan di media cetak dan elektronik yabg sangat tidak pabtas di tonton oleh anak. Seharusnya KPI lebih selektif lagi dalam memberikan pengawasan dan izin penayangan,”ujarnya.
Menurutnya, keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama, dalam membentuk jati diri generasi penerus bangsa. Anak-anak yang dilahirkan dalam bingkai keluarga adalah aset utama penerus pembangunan nasional, yang oleh karenanya harus dicetak untuk memiliki karakter yang kokoh dan memiliki jati diri bangsanya.
“Belum lagi baru-baru ini ada produk makanan yang namanya “bikini”, orang tua dan keluarga harus menjadi benteng utama dan pertama dalam memberikan pendidikan kepada anaknya,” jelasnya.