Kampus

Tim Farmasi Satgas Covid-19 Unhas Sarankan Penggunaan Hand Sanitizer

MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Di tengah situasi wabah Covid-19 yang juga turut dirasakan masyarakat Indonesia, sejumlah cara dilakukan agar terhindar dari penyebaran virus yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya. Salah satu cara yang disarankan untuk menjaga diri agar terhindar dari virus ini adalah mencuci tangan secara rutin, atau menggunakan cairan pembersih tangan (yang dikenal dengan istilah hand sanitizer).

Saat ini, hand sanitizer menjadi produk kesehatan yang paling banyak dicari masyarakat, berdampak pada kelangkaan di pasar. Karena itu, berbagai inisiatif muncul untuk membuat hand sanitizer secara mandiri. Di internet, masyarakat dapat menemukan bermacam tutorial untuk membuat hand sanitizer secara mandiri.

Pada kesempatan wawancara (Rabu, 25/3/2020), anggota Tim Satgas Covid-19 Unhas, Dr. Yusnita Rifai, M.Pharm., Apt., menjelaskan seluk-beluk penggunaan hand sanitizer. Sesuai protokol panduan pencegahan penyebaran Covid-19 dari Kementerian Kesehatan RI, hand sanitizer seyogyanya digunakan dalam keadaan tidak tersedia air mengalir dan sabun.

“Hand sanitizer bersifat portable atau dapat dibawa kemana-mana, mudah pemakaiannya, dan mengandung bahan antiseptik. Antiseptik adalah germisida pembunuh kuman. Bahan aktifnya adalah alkohol dengan kadar 60-90% yang bersifat virucidal atau membunuh virus,” jelas Yusnita.

Lebih lanjut, Yusnita menambahkan bahwa hand sanitizer digunakan seperlunya saja, misalnya sebelum dan setelah bersentuhan dengan benda yang dikhawatirkan terpapar virus. Misalnya, setelah menyentuh gagang pintu yang banyak disentuh orang lain, atau bersalaman dengan orang yang kita tidak ketahui.

“Covid-19 itu menular melalui droplet di udara yang dapat bertahan beberapa jam di atas permukaan aluminium, logam dan bahan lainnya. Pada imported case dan local transmission, virus penyebab Covid-19 dapat diinaktivasi dengan bahan-bahan antiseptik dan desinfektan,” tambah Yusnita.

Setelah merebaknya wabah Covid-19, di masyarakat kini banyak sekali beredar hand sanitizer yang tidak terstandarisasi dan tidak memiliki surat izin edar dari otoritas terkait. Tentu hal ini mengandung resiko bahaya, mengingat ada standar yang harus diikuti dalam membuat suatu produk kesehatan, termasuk hand sanitizer.

“Beberapa standar pembuatan hand sanitizer itu antara lain kadar alkohol yang harus sesuai. Jika kurang dari 60% itu tidak cukup untuk membunuh virus. Sementara jika berlebihan itu mudah menguap dan mudah terbakar. Ini tentu berbahaya bagi pengguna,” kata Yusnita.

Hand sanitizer yang tidak mengandung humektan juga berbahaya, karena akan menyebabkan kelembaban rendah. Selain itu, ada juga bahan-bahan kimia yang seharusnya tidak terdapat dalam hand sanitizer, seperti lysol atau bleaching agent.

Baca Juga :   Kemenkopolhukam Bentuk Tim Khusus Tangani TPPO Mahasiswa di Jerman

“Jika kandungan hand sanitizer mengandung zat kimia yang tidak terstandar dapat berakibat kulit tangan kering, teriritasi, menimbulkan efek gatal-gatal, hingga terjadi reaksi alergi,” sambung Yusnita.

Produk hand sanitizer yang baik adalah produk yang dibuat berdasarkn protokol sesuai ketetapan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan. Kandungan bahan-bahan kimia harus dengan perhitungan kadar dan konsentrasi yang tepat.

“Masyarakat juga banyak menggunakan cairan disinfektan. Berbeda dengan antiseptik, cairan disinfektan hanya diperuntukkan kepada non human atau benda mati. Disinfektan adalah cairan kimia yang juga bersifat virucidal tapi bukan alkohol. Akibatnya, sifatnya lebih toksik (beracun, pen) dari pada antiseptik,” kata Yusnita.

Dengan memahami perbedaan disinfektan dan antiseptik, Yusnita berharap masyarakat lebih hati-hati dalam menggunakan produk-produk tersebut. “Intinya, hand sanitizer adalah cairan yang lebih humanis, digolongkan sebagai antiseptik,” tutup Yusnita.

Dekan Fakultas Farmasi Unhas, Subehan, S.Si., M.Pharm., Sc., Ph.D.,Apt., menambahkan masyarakat saat ini banyak yang salah paham terkait masalah penggunaan hand sanitizer. Banyak anggapan bahwa jika menggunakan hand sanitizer maka kita akan terlindungi dari virus dan bakteri.

“Ini anggapan yang keliru. Hand sanitizer itu bukan seperti krim anti nyamuk, yang kalau dipakai akan membuat kita terlindungi dari gigitan nyamuk. Banyak yang memakai hand sanitizer, dengan harapan dirinya tidak akan dihinggapi virus,” kata Subehan.

Subehan kembali mengingatkan bahwa hand sanitizer itu berfungsi untuk membunuh mikroba, baik bakteri maupun virus. Asumsinya, setiap orang menyentuh suatu benda atau bersentuhan dengan orang lain (misalnya bersalaman), ada kemungkinan terjadi transmisi bakteri dan virus.

“Nah dengan menggunakan hand sanitizer, kita membersihkan bakteri dan virus yang melekat di tangan. Sebab, tangan adalah bagian yang paling rentan menjadi medium transmisi bakteri dan virus. Gunakan hand sanitizer setiap selesai beraktivitas. Saat wabah terjadi seperti ini, gunakan hand sanitizer setiap usai menyentuh benda lain yang sering disentuh orang banyak,” kata Subehan.

Dengan tips ini, Subehan berharap masyarakat lebih teredukasi dan memahami fungsi masing-masing produk tersebut, baik hand sanitizer maupun disinfektan.

 

(*)

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Edunews.

Kirim Berita

Kirim berita ke email : [email protected][email protected]

ALAMAT

  • Jl. TB Simatupang, RT.6/RW.4, Jati Padang, Kec. Ps. Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540 Telepon : 021-740740  – 0817 40 4740

__________________________________

  • Graha Pena Lt 5 – Regus Jl. Urip Sumoharjo No. 20, Makassar Sulawesi Selatan 90234 Telepon : 0411 366 2154 –  0811 416 7811

Copyright © 2016-2022 Edunews.ID

To Top
WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com