Sekira tiga tahun terakhir, rumah ini selalu ramai oleh kedatangan anak-anak, baik dari kalangan anak TK, SD, SMP, SMA sampai mahasiswa pergurun tinggi sekalipun. Bahkan, tampak diaantaranya, beberapa orang tua juga sering ikut berkunjung ke tempat ini. Seperti siang ini, sekira 10 orang anak sekolah tingkat Madrasah Tsanwiyah, datang berkunjung untuk membaca sekaligus meminjam buku. Sudut Baca Al-Syifa, itulah nama yang tertera di banner ukuran 1.5×1 meter yang terpampang di serambi rumah. Sudut Baca Al-Syifa adalah sebuah perpustakaan umum mini yang mengambil tempat di sebuah sudut rumah salah satu penduduk tepatnya di Lingkungan Bonto Bajeng Kelurahan Ereng-Ereng Kabupaten Bantaeng. Sudut baca ini berdiri pada 13 Maret 2014.
Sudut Baca Al-Syifa awal kehadirannya disemangati oleh kegelisahan kami mencari referensi-referensi ketika mendapat tugas membuat makalah di tempat perkuliahan. Sebab tempat kuliah kami tidak ada perpustakaannya, mungkin karena hanya kampus kelas jauh dan menumpang di sebuah sekolah swasta, sehingga pengelola tidak memikirkan hal tersebut. Jelas Analda, penggagas sekaligus ketua Sudut Baca Al-Syifa. “Ditambah akses perpustakaan daerah juga tidak bisa dimaksimalkan. Akhirnya kami harus mengandalkan Google untuk mencari referensi untuk menyelesaikan tugas kuliah. Apa boleh buat, walau itu sifatnya instan, terpaksalah itu berlaku,” lanjutnya.
“Hal kedua yang menyemangati kami menghadirkan sudut baca ini, adalah keresahan kami jika menyaksikan anak-anak usia sekolah yang tidak lagi suka membaca, tetapi mereka lebih doyan dengan menonton televisi, menenteng handpone dan saling menantang di rental playstation,”tutur mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling ini. Menurut kami salah satu pemicunya karena mereka tidak mendapatkan tempat membaca, tempat yang bisa menyediakan buku-buku untuk dipinjam, dan layak untuk dibaca,” jelasnya.

Pengunjung Sudut Baca Asy-Syifa
Hal senada juga disampaikan oleh Erma Surianti, seorang pengelola Sudut Baca ini, menyatakan bahwa “saya melihat sekarang ini, anak-anak di sekitar kami hanya mengandalkan sekolah sebagai tempat belajarnya, jika sudah di rumah jarang sekali yang mau mengulang pelajarannya. Sehingga kemampuan mereka di bidang akademik di sekolah kurang berkembang karena fasilitas aktualisasinya di lingkungan sosial yang kurang. Mungkin karena bahan bacaan mereka yang berkutat pada mata pelajaran yang tersaji di depan kelas saja. ditambahkan pula olehnya, “yang saya tuturkan itu bagi mereka yang masih mengenyam pendidikan. Lalu bagaimana dengan mereka yang sudah tidak bersekolah lagi, pasti keadaannya akan lebih parah lagi, karena akses membacanya sudah benar-benar tidak ada. Pasti keilmuannya juga tidak akan berkembang dan mengalami kemajuan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah, memajang buku-buku koleksi pribadi kami di atas sebuah meja adalah hal pertama yang kami lakukan. Walau jumlahnya tak seberapa, tapi temanya cukup beragam. Ada novel, cerpen, puisi, filsafat, keagamaan dan buku-buku motivasi. Selanjutnya kami mengontak beberapa orang teman sejawat yang dianggap punya kepedulian tentang perbukuan. Memberikan informasi tentang inisiasi menghadirkan wadah ini, sekaligus meminta keikhlasan hati mereka, untuk menyumbang buku sebagai penambah koleksi atau paling tidak meminjamkan untuk sementara waktu dipajang di tempat ini.

Sosialisasi Minat Baca di Kalangan Pelajar
Sambil mengampanyekan tentang keberadaan wadah ini, kami pun berinisiatif membuat kepengurusan, biar sedikit lebih formal, dan yang menjadi pengurus, juga punya rasa kepedulian mengembangkan wadah ini. Tapi kami tidak menutup diri terhadap khalayak yang tidak menjadi pengurus. Untuk terlibat dan memiliki kepedulian terhadap sudut baca ini.
Pada tahun pertama berjalannya sudut baca al-Syifa, belum banyak aktifitas yang bisa dilakukan, selain karena pengelola yang masing-masing punya kesibukan, juga karena domisilinya yang berpencar. Tetapi, kami tetap aktif berkomunikasi via SMS ataupun sosial media.
Penyebaran informasi tentang keberadaan sudut baca ini kami terus aktifkan, sehingga sudah mulai menampakkan hasil, dengan datangnya uluran tangan dari para donator-donatur baik secara perseorangan maupun atas nama lembaga/perusahaan.
Karena wadah tempat menata dan memajang buku-buku yang ada sudah tidak memadai (over cavacity), kami pun berinisitif untuk membuat rak buku, yang lebih layak dan menarik, sambil menata ruangan agar suasanya lebih lapang, sebab belum ada sumbangan dari pihak luar, kami pun harus merogoh kas pribadi. Bahkan saat memilih bahan baku pembuatan rak buku tersebut, kami memilih seadanya, sekena analisa kami dan yang pas dengan dana kami. Untunglah saat pembuatannya. Ada yang ihlas membuatkan secara sukarela.

Suasana Sudut Baca Asy-Syifa
Pada tahun kedua, dinamisasi kelembagaan sudah mulai tampak. Selain aktif mencari donatur-donatur buku (person ataupun lembaga/komunitas), pengelola sudah aktif melakukan pertemuan-pertemuan di sudut baca, sehingga sudah bisa membuat program kerja yang menjadi acuan pengelolahan kelembagaan. Kami juga sudah pernah mengadakan diskusi terbuka, yang dihadiri beberapa elemen masyarakat. Bahkan dengan keterbatasan yang kami miliki, kami sudah berani mengadakan lomba tingkat kelurahan (memeriahkan dan menyemarakkan bulan Ramadhan). Serta sudut baca juga sudah aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan tingkat kelurahan, sebutlah misalnya ASTER (Festival Anak-Remaja Cerdas dan Ceria).

Suasana Kegiatan Sehari Membaca; Bermakna dan Menyenangkan
Bulan april yang lalu kami sukses melaksanakan kegiatan Sehari Membaca; Bermakna dan Menyenangkan. Walaupun kegiatan ini hanya sehari, tetapi menurut kami dampaknya sangat luar biasa. Anak-anak sekolah yang menjadi peserta saat itu makin aktif meminjam buku di sudut baca ini. Bahkan kami kadang merasa terharu melihat mereka yang sangat antusias datang dari jauh, di tengah sinar matahari yang sangat terik. Dan dengan berjalan kaki, hanya untuk meminjam satu sampai dua buah buku untuk mereka baca selama beberapa hari. Ruang yang cukup sempit hanya ukuran 3×3 meter kadang menampung desakan anak-anak ini yang datang berbarengan 10-15 orang. Kami hanya biasa berseloroh, bahwa mudah-mudahan ada rezeki sehingga sudut baca dapat ditambah daya tampungnya.

Sosialisasi Merangsang Minat Baca Siswa
Sistem kepustakaan yang berlaku masih sangat sederhana, pelabelan buku belum menggunakan sesuai kaidah pelabelan dalam dunia perpustakaan pada umumnya. Tidak ada kantong buku seperti pada buku-buku yang ada di perpustakaan-perpustakaan binaan pemerintah. Juga belum ada pemberlakuan pendaftaran anggota apalagi menerbitkan kartu tanda anggota. Selain karena tidak tersedianya sumber dana, juga karena kami tidak ingin merepotkan mereka yang ingin datang berkunjung dan meminjam buku. Tetapi kami tetap memiliki buku registrasi untuk mencatatat daftar buku inventaris, sumber buku, buku tamu dan pengunjung sudut baca serta buku daftar peminjaman buku.
Jumlah anggota atau peminjam aktif lebih kurang 100 orang. Intensitas kunjungan mereka masih pluktuatif, tidak jarang sedikit, sering membludak, tapi tidak pernah sepi. Pengunjung yang datang pun beragam usia, latar belakang pendidikan bahkan asal tempat tinggalnya. Sebab tempat ini terbuka untuk semua kalangan. Bahan bacaan mereka tentu pula beragam. Ada yang hanya menyukai komik, novel, serta buku-buku motivasi. Dan ada pula yang hanya suka membaca buku-buku pemikiran, atau keagamaan. Untunglah jenis-jenis buku yang diminati tersedia. Walau masih banyak jenis buku bacaan yang belum bisa kami sediakan bagi mereka yang sangat antusias membaca.
Eksistensi Sudut Baca Al-Syifa hingga hari ini, tidak terlepas dari kontribusi para pengurus/pengelola di tengah-tengah kesibukan beraktifitas di lain tempat, mereka masih sempat meluangkan waktunya untuk bersama-sama memikirkan pengembangan sudut baca,. Serta kakak Ahmad Rusaidi, S.PdI yang senantiasa memberikan masukan-masukan demi pengembangan sudut baca, dan aktif mencari serta menggalang donasi buku. Semangat untuk terus membangun budaya literasi di kampung kami ini tidak lepas dari dorongan bapak Sulhan Yusuf (CEO Boetta Ilmoe Bantaeng) memberi kami masukan, motivasi dalam mengembangkan sudut baca ini.

Sudut Baca Nan Mungil dan Sederhana
Sampai saat ini jumlah buku yang ada di sudut baca delapan ratus eksamplar lebih, baik itu buku fiksi maupun non fiksi, kamus, majalah buletin dan ada pula buku-buku pelajaran dan modul. Sebahagian besar berasal dari sumbangan/donasi dari beberapa lembaga yang peduli dengan literasi sebutlah komunitas 1001 Buku, Pustaka Bunayya, Donasi Buku, dan Book Time. Dari penerbit PADMA Press, Balitbang Kemenag Kota Makassar dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Begitu pula sejumlah pihak perorangan yang mendonasikan bukunya untuk sudut Baca Al-Syifa, ada yang dari birokrat, akademisi, penulis dan juga mahasiswa. Ada pula yang membantu kami secara finansial. Khususnya pada saat akan mengadakan kegiatan.
Beberapa orang anggota masyarakat memberikan apresiasi terhadap keberadaan sudut baca ini antara lain dikemukakan oleh Haerul Ma’ruf (Ketua LPM kelurahan Ereng-Ereng) mengatakan bahwa anak-anak dan remaja di Ereng-Ereng sudah mulai tumbuh minatnya untuk membaca, itu karena adanya ruang yang disiapkan oleh Sudut Baca Al-Syifa. Hal senada dikemukakan oleh ibu Sitti Nursyamsi Amin yang juga seorang guru di salah satu sekolah di kabupaten Bantaeng, menyatakan bahwa sudut baca ini memberi peluang kepada warga khususnya kaum pelajar untuk dapat mengakses buku bacaan yang mendukung aktivitas belajarnya.

Suasana ASTER (Festival Anak-Remaja Cerdas dan Ceria)
