Oleh : Adekamwa*
OPINI, EDUNEWS.ID – Penulis terkejut saat melihat video yang viral itu, Gus Miftah, seorang ulama yang selama ini dikenal sebagai sosok yang inklusif dan bijaksana, tiba-tiba menjadi sorotan publik karena sebuah ucapan kasar yang merendahkan seorang penjual es teh keliling. Pada Rabu, 20 November 2024, ia memberikan ceramah di acara Magelang Bersholawat yang berlangsung di Lapangan Drh. Soepardi, Mungkid, Kabupaten Magelang.
Dai asal Yogyakarta ini dikenal karena pendekatan dakwahnya yang inklusif, menyentuh kelompok-kelompok marginal yang sering diabaikan oleh masyarakat, seperti pekerja hiburan malam dan komunitas marjinal lainnya. Pendekatan ini menjadikannya sosok yang unik, tetapi juga kerap menuai kontroversi.
Dalam sekejap, video tersebut tersebar luas, memicu perdebatan sengit di media sosial, dan membuka kembali diskusi tentang bagaimana figur publik, terutama ulama, harus berhati-hati dalam berkomunikasi. Kejadian ini, yang awalnya terasa sepele, seolah menjadi pelajaran berharga tentang dampak besar dari sebuah ucapan, terlebih ketika datang dari seseorang dengan pengaruh besar.
Dakwah di Ruang Tidak Lazim
Gus Miftah dikenal luas melalui metode dakwahnya yang tidak konvensional. Salah satu contohnya adalah ketika ia memberikan ceramah di tempat-tempat hiburan malam seperti klub atau bar. Bagi sebagian kalangan, hal ini dianggap sebagai terobosan besar dalam menyampaikan nilai-nilai Islam kepada kelompok yang sering dijauhi oleh para pendakwah lainnya. Gus Miftah berpendapat bahwa dakwah tidak boleh eksklusif untuk masjid atau ruang religius lainnya, tetapi harus mampu menjangkau semua kalangan.
“Islam adalah rahmatan lil alamin,” kata Gus Miftah dalam salah satu ceramahnya. Prinsip ini menjadi landasan baginya untuk berdakwah tanpa memandang tempat atau latar belakang orang-orang yang ia sapa.
Namun, langkah ini tidak jarang menuai kritik. Sebagian pihak menganggapnya sebagai bentuk kompromi terhadap nilai-nilai Islam. Mereka mempertanyakan keabsahan dakwah di tempat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama. Meski demikian, Gus Miftah tetap teguh pada keyakinannya bahwa menyampaikan kebaikan tidak mengenal batas ruang dan waktu.
Kejadian yang melibatkan Gus Miftah dan penjual es teh menjadi pengingat bahwa seorang pemuka agama, terutama dengan status sebagai figur publik, harus menjaga adab dalam setiap ucapan dan tindakannya. Sebagai sosok yang dikenal luas, Gus Miftah memiliki tanggung jawab besar untuk mencerminkan nilai-nilai Islam, termasuk dalam bersikap rendah hati dan menghormati orang lain tanpa memandang latar belakang mereka.
Namun, penggunaan kata-kata yang dianggap kurang pantas tidak hanya mencoreng citranya sebagai ulama, tetapi juga menimbulkan dampak negatif berupa menurunnya kepercayaan masyarakat terhadapnya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa ilmu dan status tinggi saja tidak cukup; adab dan komunikasi yang baik tetap menjadi kunci utama dalam menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat.
Analisis Teori Komunikasi
Menurut statistik dari situs media sosial X (Twitter), video tersebut mendapatkan lebih dari sejuta views dan seribu komentar dalam waktu 24 jam. Hal ini menunjukkan betapa cepatnya informasi dapat menyebar dan memicu reaksi publik di era digital saat ini.
Kejadian viral yang melibatkan Gus Miftah dan penjual es teh dapat dianalisis menggunakan beberapa teori komunikasi yang relevan, salah satunya adalah Teori Komunikasi Interpersonal. Teori ini menekankan pentingnya interaksi tatap muka dan bagaimana pesan yang disampaikan dalam komunikasi bisa dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2016).
Dalam kasus ini, ucapan Gus Miftah yang dianggap merendahkan penjual es teh, meskipun mungkin tidak dimaksudkan demikian, berpotensi menimbulkan misinterpretasi karena cara penyampaian dan konteks yang tidak sensitif terhadap audiensnya.
Sebagai seorang yang mengikuti peristiwa viral ini, penulis teringat pada Teori Penjulukan (labelling theory) yang pertama kali diperkenalkan oleh Howard Becker pada tahun 1963. Teori ini menyatakan bahwa label atau penilaian yang diberikan oleh masyarakat dapat mempengaruhi identitas seseorang, bahkan lebih kuat daripada tindakan asli individu tersebut (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2016).
Dalam konteks kejadian Gus Miftah dan penjual es teh, penulis melihat bagaimana satu ucapan yang dianggap merendahkan bisa memberi label negatif pada Gus Miftah sebagai sosok yang tidak menghormati orang lain, meskipun niatnya mungkin tidak demikian.
Reaksi publik yang masif, dengan meme dan komentar sarkastis yang beredar luas, menciptakan label yang kuat terhadap Gus Miftah sebagai figur yang tidak pantas dihormati, meskipun ia sudah meminta maaf.
Ternyata, satu ucapan bisa berdampak lebih besar daripada yang kita bayangkan, Gus Miftah mungkin sudah minta maaf, tetapi seperti kata pepatah, “Mulutmu harimau mu,” dan dalam dunia media sosial, harimau itu bisa sangat cepat mengaum.
Jadi, mari lebih bijak memilih kata-kata agar tidak terjebak dalam viralitas yang tak diinginkan, seperti es teh yang tumpah dan sulit dibersihkan.
*Adekamwa, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Unhas 23’
Sumber bacaan:
Littlejohn, S. W., Foss, K. A., & Oetzel, J. G. (2016). “Theories of Human Communication” (11th ed.). Waveland Press.
https://x.com/bacottetangga__/status/1863940820547883468 diakses pada 04 Desember 2024, pukul 17.00 wita.
https://fajar.co.id/2024/12/03/utusan-presiden-gus-miftah-keluarkan-kata-kotor-ke-penjuan-es-teh-gus-umar-keterlaluan-mulutmu-hina-orang-gak-mampu/ diakses pada 04 Desember 2024, pukul 17.00 wita.
https://fajar.co.id/2024/12/04/dennis-lim-sindir-gus-miftah-mulut-seperti-teko-apa-yang-diisi-itu-yang-keluar/ diakses pada 04 Desember 2024, pukul 17.00 wita.
https://www.kompasiana.com/nahidayat/67501d00c925c476a12a3022/adab-dan-ilmu-perspektif-psikologi-dan-sosial-dari-kasus-viral-gus-miftah?page=all#section1 diakses pada 05 Desember 2024, pukul 16.00 wita.
https://www.antaranews.com/berita/4510885/presiden-prabowo-tegur-gus-miftah-terkait-ucapan-viral-ke-pedagang-esdiakses pada 05 Desember 2024, pukul 16.00 wita.
https://www.tempo.co/hiburan/viral-hina-penjual-es-teh-pendakwah-miftah-maulana-terima-kasih-netizen-1177035diakses pada 05 Desember 2024, pukul 16.00 wita.
https://www.komdigi.go.id/berita/berita-hoaks/detail/hoaks-ustaz-adi-hidayat-resmi-gantikan-gus-miftah-sebagai-utusan-khusus-presiden diakses pada 10 Desember 2024, pukul 13.00 wita.
