MAKASSAR, EDUNEWS.ID – Warga Kecamatan Ujung Tanah minta Pabrik Terigu PT Eastern Pearl Flour Mills dan Depo PT Pertamina di Jalan Hatta, Kota Makassar, untuk direlokasi. Warga menilai keberadaan Depo Pertamina Makassar dan Pabrik Terigu mengancam kehidupan masyarakat setempat.
“Kami yang meminta yang harus direlokasi itu adalah (Depo) Pertamina dan Pabrik Terigu, (karena) mengancam keselamatan warga. Jadi, dibalik, bukan warga yang mengancam keselamatan Pertamina,” ucap Jendlap Aliansi Masyarakat Ujung Tanah Bersatu, Lukman Hakim ke edunews.id, Kamis (6/6/2024).
Hal itu Lukman minta karena, menurutnya, lokasi Depo Pertamina Makassar dan Pabrik Terigu tidak termasuk ke dalam kawasan industri. Lukman menyebut polusi dan limbah, khususnya Depo Pertamina, sangat berdampak ke warga.
“Padahal Pertamina yang selama ini mengancam kami, kehidupan anak-anak kami, warga-warga kami. Pertamina mengancam lewat polusi yang dikeluarkan dari kendaraan Pertamina, dari pengisian gas dan bensin dan beberapa insiden itu sudah memakan korban,” tambahnya.

Foto: Demo di Balai Kota Makassar. (M. Dirga Rizkiansyah/edunews.id)
Warga semakin resah karena beberapa waktu lalu menerima surat imbauan pengosongan 48 lapak, yang bermukiman di sekitar Depo Pertamina dan Pabrik Terigu, dari pihak Pemkot Makassar. Warga semakin geram karena mengetahui surat pengosongan ini atas permintaan Pertamina dan Pabrik Terigu.
“Pihak Pertamina menyurat ke kelurahan, pihak Pabrik Terigu menyurat ke kelurahan, dan meminta untuk pihak kelurahan mengeksekusi beberapa bangunan yang dianggap itu liar,” jelas Lukman.
Lukman juga mengeluhkan bahwa Lurah setempat tidak mengkaji dan berdialog bersama warga sebelum mengeluarkan surat tersebut. Hal ini yang membuat Aliansi Masyarakat Ujung Tanah Bersatu melakukan demonstrasi hingga pendudukan di Balai Kota Makassar, Jalan Ahmad Yani.
“Karena gara-gara suratnya dari BPN ini kami resah, kami tidak bisa tidur, tidak bisa makan dengan tenang. Warga kita lihat sendiri menjerit, menjerit, menjerit, karena kenapa? Haknya mereka mau dirampas,” keluh Ali Taufan, salah satu massa aksi.
